"seorang rakyat" (mungkin aku) pernah berfikir, bertanya-tanya dalam hatinya,
Mengapa sih "kampong ku" lebih terbelakang, ketinggalan, dibandingkan "kampong tetangga"?
Suatu pagi "seorang rakyat" itu bertanya pada seorang remaja (mungkin juga aku), yang kebetulan hendak berangkat sekolah,
+ Mau berangkat sekolah nak?
- Iya pak.
+ Kok baru berangkat, memang masuknya jam berapa?
- Kalau aturan yang saya tau sih jam 07.00 pak.
+ Lho, sekarang sudah jam 07.00, apa gak takut telat?
- Biasanya paling cepet jam 07.20 gurunya baru masuk pak
+ Ooohhh...
Remaja itupun ngeloyor dengan (masih) santainya, menuju sekolah???
Aku (juga rakyat kok) mencoba mencari jawaban atas masalah yang dipikirkan "seorang rakyat" itu, namun ku bukan pemerhati sosial, bukan petualang LSM, bukan politikus p+elit, aku cuma pandai berhitung, bekal yang kudapatkan dari pak "killer" yang sungguh matematika, apa yag dibutuhkan matematika? aih... aku butuh data, ku cari-cari data, Alhamdulillah... akhirnya data yang ku butuhkan dapat ku peroleh...
1. jumlah murid, 720 orang
2. jumlah guru, 45 orang
3. hari belajar, 6 hari seminggu
4. minggu effektif, 36 minggu setahun
5. oh ya, 20 menit yang terbuang
aku mulai berhitung...
720 + 45 = 765
765 X 6 hari = 4.590
4.590 X 36 minggu = 165.240
165.240 X 20 menit = 3.304.800 menit
3.304.800 x 60 detik = 198.288.000 detik
ahai... ada 198.288.000 detik yang telah "dibuang" mereka (mungkin juga aku) selama setahun!
Aku akrab dengan padi, beras, karena "kampong ku" penghasil beras, namun entah kenapa "kampong ku" harus membeli beras dari "kampong sebelah". ah... itu terserah urusan tetua "kampong ku" saja lah, aku tak mau ambil pusing dengan urusan dia.
Aku akrab dengan padi, beras, karena setiap hari itulah yang harus kumakan, walaupun perut sudah makan roti, jagung, singkong, atau makanan lainnya, aku belum kenyang sebelum makan nasi.
Aku pernah mencoba menghitung berapa banyak butir beras per kilogram nya, tentu saja tidak utuh 1 kg beras yang aku hitung, namun dengan menghitung butir beras dalam sebuah wadah kecil, bekas minum obat kumur mulut, ku lakukan perhitungan ini 2 kali saja, karena capek juga rupanya menghitung banyak butir beras dalam wadah sekecil itu, hasil hitunganku adalah,
Penghitungan 1, ada 971 butir, aku bulatkan jadi 970 butir
Penghitungan 2, ada 1.029 butir, aku bulatkan jadi 1.030 butir
Kemudian aku isi wadah kecil itu berkali-kali dan aku tuangkan kesebuah timbangan, sampai jarumnya menunjukkan angka 1kg, ternyata ada 35 wadah untu 1kg beras tsb. aku menghitung lagi,
970 X 35 = 33.950 butir beras
1.030 x 35 = 36.050 butir beras
33.950 + 36.050 = 70.000 butir beras
70.000 / 2 = 35.000 butir beras
Jadi kuambil kesimpulan bahwa per 1kg nya ada 35.000 butir beras
Aku coba menghubungkannya dengan ada 198.288.000 detik yang telah "dibuang" mereka (mungkin juga aku) selama setahun! aku mengandaikan bahwa 1 detik yang terbuang adalah bernilai 1 butir beras, aku mencoba menghitung kembali,
198.288.000 detik = 198.288.000 butir beras
198.288.000 / 35.000 = 5.665 kg beras
5.665 kg beras X Rp 7.000 = 39.657.600 rupiah, aku bulatkan jadi 40 juta rupiah
Aih... hanya 20 menit, berarti telah membuang sebesar Rp 40.000.000,- dalam setahun, ini untuk 1 sekolah!
ada berapa sekolah di "kampong ku" ini?
lalu bagaimana yg terjadi pada pembuangan waktu dengan kemacetan di jalan?
di pasar, akibat biaya ekonomi "pungli"
di Instansi Instansi "dalam kampong" yang sering mangkir di warung-warung kopi "tetangga sebelah"
Aku tetap cinta kau "kampong ku"
Aku sampaikan cinta ku padamu, sekalipun dengan cara 'sedikit' berbeda, beda bukan berarti salah kan?
Dukung Tulisan saya dengan cara :
ketik C spasi D
CAPEK DEH.....