Kamis, 17 Maret 2011

Kami LELAH

sekolah.jpg

Pak... tas-nya berat banget nih!
Anak ku dengan wajah kecilnya
menunjukkan kelelahan dirinya atas beban yang tersandang di pundaknya.
Ku jemput kelelahan dirinya dalam hatiku,
seraya berkata, 
"sabar sayang, 
sekolah itu menuntut ilmu, 
para penuntut ilmu memiliki tinta 
yang nilainya lebih mulia dari darah seorang syahid".
Anak ku tetap saja, tak berkurang kelelahannya,
tak mengerti dengan ucapan yang ku lontarkan.
Sambil memeluk tubuh kecilnya, ku junjung tubuhnya di atas pundak ku,
sambil berkata pada dunia (dalam hatiku),
"Tunggulah masa depan,
kan datang seorang penguasa atas dirimu,
lihatlah nanti,
siapkah dia menguasai mu,
ataukah kau yang menguasai dirinya".
Walau bagi ku tak penting siapa yang menjadi penguasa nantinya,
tugas ku adalah mempersiapkan dirinya ke gerbang masa depan,
itulah tugasku.
Sekalipun aku sadar tak layak mengharap sesuatu yang unik atau istimewa dari sebuah produk massal,
produk pabrikan,
yang harus seragam,
tak berbeda satu sama lainnya,
melanggar kodrat alamiah yang berlaku.
Pabrik itu bernama SEKOLAH.
Tugasnya adalah menjejalkan 17 - Tujuh Belas - jenis konten yang dinamakan Mata Pelajaran.
Amboi...17 jenis?
untuk tubuh sekecil itu?
untuk jiwa yang muda itu?
Aku lelah harus menyiapkan tubuh kecilnya,
jiwa mudanya itu ke gerbang masa depan.
Anak ku lelah menyuapkan 17 jenis konten tersebut dalam jiwanya.
KAMI LELAH...
Wahai penguasa negri,
bolehkah kami berharap atas dirimu meringankan beban kami?
Apakah kalian adalah Sang Timur Leng
yang diangkat sebagai pemimpin yang layak hanya bagi para rakyat yang dzalim?
Ataukah kami yang dzalim?
sehingga hanya Sang Timur Leng yang layak memimpin kami?
Apapun itu, 
kami tetap cinta kau, INDONESIA.
Darah dan Tulang kami mewarnai bendera negri ini.
Amboi...
Masih tetap mendidih darah kami saat menyanyikan . . .
Indonesia Tanah Air Ku
Tanah Tumpah Darah Ku
Disanalah Aku Berdiri...
Jayalah dirimu,
Jayalah negriku,
Jayalah negri kami,
Sejahteralah dirimu,
Sejahteralah negriku,
Sejahteralah negri kami,
Amboi... 
Indah nian pakcik... 
*mimpiku

SMAngat. Apapun halnya, semoga manfaat.
Hormat saya,
Budi Santoso, ST.
SMAS Ruhul Bayan, Cisauk, Tangerang, BANTEN
semoga berkenan
meninggalkan pesan
saat anda sempat menyudahi
sepuluh jari terangkum erat di depan dahi
sebagai persembahan ucapan terima kasih